Kejujuran Makin Langka, Korupsi Makin Merajalela

Korupsi

Hampir setiap hari, kita disuguhi oleh media baik melalui media cetak, elektronik, maupun online, tentang berbagai informasi terkait persoalan yang menjadi beban berat bangsa kita ini dan belum pasti kapan persoalan tersebut akan berakhir. Salah satu persoalan yang selalu menjadi perbincangan hangat (hot topic) untuk dikabarkan adalah korupsi.

Persoalan korupsi di negeri kita yang telah merdeka 67 tahun lalu ini sudah sangat memprihatinkan. Diibaratkan orang, di usia tersebut, semestinya negeri ini telah menikmati kesejahteraan dan kemakmuran, namun yang terjadi adalah saat ini, penyelewengan atas kekuasaan dan kewenangan semakin merajalela. Tindak penyelewengan atas kekuasaan dan kewenangan yang disebut sebagai korupsi telah menyeret banyak kalangan elit seperti anggota Dewan Perwakilan Rakyat baik di tingkat pusat maupun daerah, pengurus partai politik, dan pejabat-pejabat negara lainnya untuk berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Lihat saja perkembangan terkini Kasus Hambalang, sebagaimana kita ketahui bersama, banyak elit yang terlibat di dalam kasus tersebut seperti Nazarudin (mantan bendahara partai politik), Angelina Sondakh (mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI), Andi Mallarangeng (Mantan Menteri Pemuda dan Olah Raga RI) serta beberapa pejabat lainnya.

Kejujuran

Membicarakan tentang kejujuran, terkadang yang paling awal muncul dalam pikiran kita adalah suatu pertanyaan apakah kejujuran itu masih ada? Jujur, satu kata yang mudah diucapkan namun sulit dalam implementasinya. Di saat kita jujur, terkadang lingkungan sekitar kita telah terkontaminasi oleh ketidakjujuran. Lingkungan yang telah tercemar tersebut, dapat mempengaruhi diri kita hingga menyebabkan kita terbawa arus sehingga menjadi pribadi yang tidak jujur. Bisa menjadi pribadi yang jujur di tengah lingkungan yang tidak jujur itu baru langka, pribadi yang luar biasa.

Kejujuran dan korupsi, dua hal yang bertolak belakang. Kejujuran merupakan hal yang terpuji sedangkan korupsi merupakan hal yang tercela yang lambat laun namun pasti merusak negeri. Kejujuran yang semakin langka, mengingatkan memori kita akan sosok Agus Chaerudin (35). Di tengah maraknya kasus korupsi yang dilakukan para petinggi negeri ini, kejujuran yang dimiliki Agus Chaerudin sungguh luar biasa. Agus bukanlah pegawai tingkat atas. Ia pegawai rendah Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang Pembantu (KCP) Kalimalang, Plaza Duta Permai, Jakasampurna, Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Suatu hari, di bulan Ramadhan tepatnya 12 Agustus 2012 lalu, Agus menemukan uang Rp 100 juta di tempat sampah dekat teller. Tanpa pikir panjang, ia pun mengembalikan seluruh uang tersebut. Melihat uang itu Agus tak silap mata. Dia pun sama sekali tak menyentuh uang itu. “Saya langsung teriak memanggil satpam,” jelas Agus yang sudah bekerja 3 tahun di bank itu. Agus, ayah 3 anak yang masih tinggal bersama mertua ini mengaku, orang tuanya selalu mengajarinya untuk tak menjadi pencuri. Kejujuran harus diutamakan.

Agus pun dianugerahi piagam penghargaan dari BSM Cabang Bekasi saat acara kumpul bersama di area wisata di Ciloto, Cianjur, Jawa Barat, pada 2012 dan mendapat apresiasi dari BSM Pusat dalam Gathering Ke-13 BSM.

Kesimpulan

·   Korupsi yang semakin merajalela harus diberantas sampai tuntas. Korupsi, lambat laun namun pasti akan menghancurkan negeri sehingga pihak yang terlibat harus dijatuhi hukuman berat yang membuat jera pelakunya.

·   Kejujuran semakin langka didapatkan, namun kisah Agus Chaerudin di atas, menginspirasi banyak orang untuk menjadi salah satu panutan terutama tentang kejujuran.

Sleman, 19 Maret 2013
JONO.noor

>> == <<